Setiap
orang yang berkompetensi dalam kebaikan tentu merasakan kelelahan dalam medan
tersebut, demikian pula halnya dengan aktivitas yang membutuhkan waktu juga
merasakan kelelahan, kelesuan dan kejenuhan karena hal demikian sudah merupakan
sifat kewajaran alami yang dimiliki oleh manusia, kecuali Malaikat mereka
semata-mata menyembah dan mengabdi ke hadirat Allah SWT. Tanpa merasa letih,
lemah dan jenuh. Hal ini diungkapkan Allah dalam firman-Nya :
Artinya
: Dan kepunyaan-Nyalah segala yang di
langit dan di bumi. dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada
mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka
selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.
(Al-Anbiya’ 19-20)
Demikianlah
kondisi malaikat, sedang manusia sesungguhnya mereka itu lemah dalam menelusuri
pencapaian menuju Allah SWT, kadangkala suka melanggar apa yang telah
ditentukan bahkan menghapus ketentuan yang ada.
Nafsu
itu memiliki dua arus yang kontradiksi dan bertolak belakang dan tidak ada
ketiganya yaitu melaksanakan ketentuan hukum-hukum Allah atau meninggalkannya
dan masing-masing telah mengetahui mekanisme kerjanya, sebagaimana telah
dikatakan pakar psikologi Ibnu Qoyim Aj-Jauzi ra. “sesungguhnya hati itu memiliki dorongan emosi yang sangat kuat
melaksanakan suatu pekerjaan, juga dorongan emosi yang kuat untuk meninggalkan
suatu pekerjaan”. Maka jagalah hati itu disaat kuat dorongan emosinya dan
pengaruhilah ia disaat mengalami penurunan kemauan oleh emosinya untuk melaksanakan suatu
pekerjaan.
Oleh
karenanya, hendaklah kita selalu berusaha untuk dapat menyiasati jiwa kita sehingga
dapat melanjutkan perjalanan dalam
menempuh pendakian mencapai pendekatan diri kepada Allah SWT.
KONDISI
IQBAL (kuatnya dorongan untuk beribadah)
Disaat
emosi kita sangat kuat begelora untuk melaksanakan kebaikan, hendaklah kita
berupaya semaksimal mungkin memperbanyak amal saleh dan ibadah lainnya, baik
dengan ibadah nawafil (sunah) atau membiasakan diri melaksanakan di malam hari
dan siang hari.
KONDISI
IDBAR (kuatnya dorongan untuk tidak
beribadah)
Disaat
emosi kita lemah, maka paksakan diri untuk melaksanakan yang fardlu dan wajib
saja sambil berusaha mempengaruhinya dengan lemah lembut sehingga dapat
dilaksanakan dengan baik. Apabila telah dilaksanakan maka tekan dan usahakan
untuk dapat melaksanakan ibadah lebih lanjut.
Para
Sahabat Rasulullah juga mengalami problema dalam masa keletihan, kelelahan dan
kejenuhan ini. Salah seorang Sahabat menghadap Rasulullah dan berkata “Wahai Rasulullah tahukan engkau apa yang
harus kami lakukan jika merasa lelah dan jenuh dalam melaksanakan suatu amal ?
Rasulullah
Saw. Bersabda Artinya
: “Tahanlah dirimu dari berbuat jahat
terhadap sesama manusia, sesungguhnya yang demikian itu merupakan shadaqah dari kamu untuk dirimu sendiri”
Itulah
nasehat mulia dan bijaksana dari baginda Rasulullah yang mengarahkan manusia
tatkala merasa jenuh dan enggan untuk beramal, suatu pekara yang mudah cukup
dengan menahan diri dari berbuat kejahatan, karena yang demikian itu merupakan
shadaqah bagi diri sendiri.
Hal
ini merupakan seni tersendiri dalam berbuat kebajikan terhadap individu, disaat mengalami rasa
jenuh dan lelah dalam beramal. Janganlah anda bersifat keras terhadap diri
sendiri bagai kayu yang keras, kelak ia akan mudah patah terbelah, atau jangan
pula lemah bagai jeruk karena kelak akan mudah diperas. Bersikaplah anda sebijak
mungkin dalam berinteraksi dengan jiwa anda. Dan sudah sewajarnyalah kalau kita
mengalami rasa lelah di tengah perjalanan namun demikian berusahalah sedikit
tidur.