Monday, October 6, 2014
Friday, August 22, 2014
KABAR DARI NERAKA
"Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah mela'nati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal." [At Taubah , Ayat 68]
Al Qur’an dengan jelas telah menggambarkan tentang neraka dan syurga termasuk ucapan2x penghuninya :
“Mereka menjawab,ya Allah.Engkau telah mematikan kami dua kali lalu kami mengakui kesalahan dosa2 kami.Maka adakah sesuatu jalan(bagi kami)untuk keluar dari neraka? (QS.Al Mukmin;11)
Ya Allah,keluarkanlah kami darinya dan kembalikan kami ke dunia. Jika kami kembali (jg kpd kekafiran) sesungguhnya adalah org2 zalim.(QS.Al-Mumin)
Berdasarkan keterangan yang tertulis dalam kitab "As-Sab'iyatu Fi Mawa'idzil Birriyat", bahwa sesungguhnya Allah menciptakan neraka pada hari ahad. Di situ disebutkan pula bahwa neraka itu mempunyai tujuh pintu atau tujuh tingkatan. Yazid Ar-Raqqsyi meriwayatkan dari Anas bin Malik. “Malaikat Jibril datang kpd Rosulullahpada waktu yang tidak biasa dengan raut muka yang berbeda dari biasanya.
Rosulullah bertanya: Wahai Jibril,kenapa kumelihat raut mukamu berbeda?
Jibril menjawab:
Wahai Muhammad,aku datang kepadamu pada saat Allah memerintahkan supaya api neraka dinyalakan.Tidak pantas jika orang yang mengetahui bahwa neraka,siksa kubur dan siksa Allah itu sangat dasyat untuk bersenang sebelum dirinya merasa aman dari ancaman2 itu.
Rosulullah menjawab: Wahai Jibril..lukiskanlah keadaan neraka itu kepadaku.
Jibril berkata:
Baik..Ketika Allah swt menciptakan neraka,apinya dinyalakan seribu tahun hingga berwarna hitam pekat,nyala dan baranya tidak pernah padam.
Demi DZAT yang mengutus engkau kebenaran,seandainya neraka itu berlubang sebesar lubang jarum,niscaya segenap penghuni dunia akan terbakar karena panasnya.
Demi Dzat yg mengutus Engkau dengan kebenaran sbg Nabi,seandainya ada baju penghuni neraka itu digantung diantara langit dan bumi,niscaya semua penghuni dunia akan mati karena bau busuk dan panasnya.
Demi Dzat yg mengutus Engkau kebenaran sbg Nabi,seandainya sehasta dari mata rantai sbgmn yg disebutkan didalam al qur’an diletakkan di puncak gunung,niscaya bumi sampai kedalamnya akan meleleh.
Demi Dzat yang mengutus Engkau kebenaran sbg Nabi,seandainya ada seorang berada di ujung barat dunia ini di siksa,niscaya org yg berada di ujung timur akan terbakar karena panasnya.
Neraka itu mempunyai 7 pintu dan masing2 pintu dibagi2 untuk laki-laki dan perempuan.
Rosulullah bertanya;
“Apakah pintu2 itu seperti pintu kami?”
Jibril menjawab;
“Tidak.Pintu itu selalu terbuka dan pintu yg satu berada dibawah pintu yang lain.Jarak pintu yg satu dgn pintu yg lain sejauh perjalan 70 tahun. Pintu yang dibawahnya lebih panas 70 x lipat dari pintu yg diatasnya. Musuh 2 Allah diseret kesana dan jk mrk sampai di pintu itu malaikat Zabaniyah menyambut mrk dgn membawa rantai dan belenggu.
Rantai itu dimasukkan ke dalam mulutnya dan keluar dari duburnya, sedangkan tangan kirinya dibelenggu dengan lehernya, dan tangan kanannya dimasukkan ke dalam dada hingga tembus ke bahu.Setiap orang yang durhaka itu dirantai bersama setan dalam belenggu yang sama, lantas diseret wajahnya tersungkur dan dipukul oleh malaikat dengan palu. Setiap kali mereka hendak keluar dari neraka lantaran kesengsaraan mereka, niscaya mereka dikembalikan ke dalam neraka."
Rosulullah bertanya, "Siapakah penghuni masing-masing pintu itu?"
Jibril menjawab,
"Pintu yang paling bawah namanya Hawiyah
Pintu neraka Hawiyyah ini adalah pintu neraka yang paling bawah (dasar), yang merupakan neraka yang paling mengerikan. Pintu neraka ini ditempati oleh orang-orang munafik, orang kafir termasuk juga keluarga Fir'aun, dalam neraka Hawiyyah. Hal ini sebagaimana arti dari firman Allah ;"Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyyah" (QS.Al-Qari'ah :9).
Pintu kedua namanya Jahim.
Yakni pintu neraka tingkatan ke 6. Tingkatan neraka ini di atasnya neraka Hawiyyah. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang musyrik yang menyekutukan Allah. Hal ini sebagaimana arti firman Allah ini :"Dan diperlihatkan dengan jelas neraka Jahim kepada orang-orang yang sesat" (QS.Asy-Syu'araa :91).
Pintu ketiga namanya Saqar tempat arang-orang shabi'in.
Merupakan pintu neraka pada tingkatan ke 5. Di dalam pintu itu ditempati oleh orang-orang yang menyembah berhala atau menyembah patung-patung yang dibuat bangsanya sendiri.Tingkatan pintu neraka ini, terletak di atasnya pintu neraka Jahim. Tentang neraka ini, Allah telah berfirman yang artinya :"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)" (QS. Al-Mudatstsir : 42)
Pintu keempat namanya Ladza
berisi iblis dan orang-orang yang mengikutinya, serta orang Majusi.Merupakan pintu neraka pada tingkatan nomor 4. Di dalamnya ditempati Iblis laknatullah beserta orang-orang yang mengikutinya dan orang-orang yang terbujuk rayuannya. Kemudian orang-orang Majusi pun ikut serta menempati neraka Ladza ini. Mereka kekal bersama Iblis di dalamnya. Tingkatan pintu neraka Ladza ini diatasnya pintu neraka Saqar.
Dalam hal ini Allah telah berfirman :
Sekali-kali tidak dapat, sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak". (QS. Al-Ma'arij :5).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa Iblis dan para pengikutnya akan dimasukkan ke dalam neraka Ladza. Seperti apa yang dikatakan oleh Malaikat Maut (malaikat Izrail) ketika Iblis hendak dicabut nyawanya, maka malaikat maut itu berkata, bahwa Iblis akan diberi minum dari neraka Ladza.
Pintu kelima namanya Huthamah tempat orang-orang Yahudi.
Merupakan pintu neraka pada neraka tingkatan ke 3. Di dalamnya ditempati oleh orang-orang Yahudi dan para pengikutnya. Pintu neraka Huthamah ini, tingkatannya di atas pintu neraka Ladza yang dihuni para Iblis.
Tentang neraka Huthamah ini, Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an :
"Dan tahukah kamu, apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan". (QS. Al-Humazah : 5-6).
Pintu keenam namanya Sa'ir
Merupakan pintu neraka pada neraka tingkatan ke 2.
Di dalamnya ditempati oleh orang-orang Nashrani dan para pengikutnya. Pintu neraka ini berada di atas tingkatan pintu neraka Huthamah. Mengenai neraka ini, Allah Ta'ala telah berfirman :"Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)".(QS. Al-Insyigaq : 12).
Jibril terdiam karena merasa segan kepada Rasulullah Saw.
kemudian Rosulullah bertanya,
"Kenapa engkau tidak memberitahukan penghuni pintu yang ketujuh?"
Jibril menjawab, "Namanya pintu neraka Jahanam Merupakan pintu neraka yang paling atas (pertama). Di dalamnya berisi umatmu yang melakukan dosa-dosa besar dan tidak tobat sampai mereka meninggal dunia."
Rosulullah pingsan mendengar penjelasan Jibril tsb. Jibril meletakan kepala Rosulullah di pangkuannya sampai Beliau sadar kembali. Rosulullah bersabda: "Betapa besar cobaan yang menimpaku dan aku merasa sangat sedih. Jadi, ada di antara umatku yang akan masuk neraka?"
Jibril menjawab,
"benar, yaitu umatmu yang mengerjakan dosa-dosa besar.
Kemudian Rasulullah saw. menangis, dan Jibril pun juga ikut menangis. Rasulullah Saw. lantas masuk ke rumahnya dan menyendiri. Beliau hanya keluar rumah jika hendak mengerjakan shalat dan tidak berbicara dengan siapa pun. Dalam shalat beliau menangis dan sangat merendahkan diri kepada Allah Ta’ala.
Pada hari yang ketiga, Abu Bakar r.a. datang ke rumah beliau dan mengucapkan, ”Assalaamu’alaikum, yaa ahla baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan Rasulullah SAW. ?”
Namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya, sehingga Abu Bakar menangis tersedu-sedu.
Umar r.a. datang dan berdiri di depan pintu seraya berkata, ”Assalaamu' alaikum, yaa ahlal baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan Rasulullah Saw.?"
Namun tidak ada seorang pun yang menjawabnya, sehingga Umar lantas menangis tersedu-sedu.
Salman Al-Farisi datang dan berdiri di depan pintu seraya berkata,
”Assalaamu'alaikum, yaa ahla baitir rahmah, apakah saya bisa bertemu dengan junjunganku Rasulullah Saw.?"
Namun tidak ada yang menjawab, sehingga meraka pun menangis dan terjatuh.
Kemudian Salman bangkit dan mendatangi rumah Fathimah. Sambil berdiri di depan pintu ia berkata, " Assalaamu' alaikum, wahai putri Rasulullah Saw”
sementara Ali r .a. sedang tidak ada di rumah.
Salman lantas berkata, "Wahai putri Rasulullah Saw ., dalam beberapa hari ini Rasulullah Saw. suka menyendiri. Beliau tidak keluar rumah kecuali untuk shalat dan tidak pemah berkata-kata serta tidak mengizinkan seseorang untuk masuk ke rumah beliau."
Fathimah lantas pergi ke rumah beliau(Rosulullah). Di depan pintu rumah Rasulullah Saw. Fathimah mengucapkan salam dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya adalah Fathimah."
Waktu itu Rasulullah Saw. sedang sujud sambil menangis, lantas mengangkat kepala dan bertanya, ”Ada apa wahai Fathimah, Aku sedang menyendiri. Bukakan pintu untuknya."
Maka dibukakanlah pintu untuk Fathimah.
Fathimah menangis sejadi-jadinya, karena melihat keadaan Rasulullah yang pucat pasi, tubuhnya tampak sangat lemah, mukanya sembab karena banyak menangis.
Fathimah bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah yang sedang menimpa dirimu wahai ayahku?"
Beliau bersabda, "Wahai Fathimah, Jibril datang kepadaku dan melukiskan keadaan neraka. Dia memberitahu kepadaku bahwa pada pintu yang teratas diperuntukkan bagi umatku yang mengerjakan dosa besar. Itulah yang menyebabkan aku menangis dan sangat sedih."
Fatimah bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana mereka masuk ke neraka itu?"
Beliau bersabda, "Mereka digiring ke neraka oleh malaikat. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka tidak disumbat, dan mereka tidak dibelenggu ataupun dirantai."
Fatimah bertanya," Wahai Rasulullah, bagaimana sewaktu mereka digiring ke eraka oleh malaikat?"
Beliau bersabda, "Laki-laki ditarik jenggotnya, sedangkan perempuan dengan ditarik rambut ubun-ubunnya. Banyak di antara umatku yang masih muda, ketika ditarik jenggotnya untuk digiring ke neraka berkata, ”Betapa sayang kemudaan dan ketampananku.
”Banyak di antara umatku yang perempuan ketika ditarik ke neraka berkata, ”Sungguh aku sangat malu.” Ketika malaikat yang menarik umatku itu sampai ke neraka dan bertemu dengan Malik, Malik bertanya kepada malaikat yang menarik umatku itu, ”Siapakah mereka itu? Aku tidak pernah melihat orang-orang yang tersiksa seperti mereka. Wajah mereka tidak hitam, mata mereka tidak biru, mulut mereka tidak disumbat, mereka tidak dibarengkan dengan golongan setan, dan mereka tidak dibelenggu atau diikat lehernya?”
Malaikat itu menjawab, "Kami diperintahkan untuk membawa mereka kepadamu dalam keadaan seperti itu.” Malik berkata kepada mereka, ”Wahai orang-orang yang celaka, siapakah sebenarnya kalian ini?” (Dalam hadis yang lain disebutkan, bahwa ketika mereka ditarik oleh malaikat, mereka selalu menyebut-nyebut nama Muhammad. Ketika mereka melihat Malik, mereka lupa untuk menyebut nama Muhammad SAW. karena seramnya Malaikat Malik).
Mereka menjawab,”Kami adalah umat yang diturunkan Al-Quran kepada kami dan termasuk orang yang mengerjakan puasa pada bulan Ramadhan.”
Malik berkata, "Al-Quran hanya diturunkan untuk umat Muhammad Saw .” Ketika mendengar nama Muhammad, mereka berteriak seraya berkata, 'Kami termasuk umat Muhammad Saw” .
Malik berkata kepada mereka, ”Bukankah di dalam Al-Quran ada larangan untuk mengerjakan maksiat-maksiat kepada Allah Ta'ala?” Ketika mereka berada di tepi neraka dan diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, mereka berkata, ”Wahal Malik, izinkanlah kami untuk menangisi nasib kami.” Malik mengizinkannya, dan mereka lantas menangis dengan mengeluarkan darah.
Malik lantas berkata, ”Alangkah baiknya, seandainya tangis ini kamu lakukan sewaktu berada di dunia. Seandainya sewaktu di dunia kamu menangis seperti ini karena takut kepada siksaan Allah, niscaya sekarang ini kamu tidak akan masuk neraka.”
Malik lalu berkata kepada Zabaniyah, ”Lemparkan, lemparkan mereka ke dalam neraka.” Ketika mereka dilempar ke dalam neraka, mereka berseru secara serempak mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah...., sehingga api neraka langsung menjadi padam. Kemudian Malik berkata, ”Wahai api, sambarlah mereka!” Api itu menjawab, ”Bagaimana aku menyambar mereka sementara mereka mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallaah.
Malik berkata lagi kepada api neraka, ”Sambarlah mereka”. Api itu menjawab, ”Bagaimana aku menyambar mereka, sementara mereka mengucapkan kalimat: Laa ilaaha illallah.” Malik berkata, ”Benar, namun begitulah perintah Allah Arasy”.
Kemudian api itu pun menyambar mereka. Di antara mereka ada yang disambar sampai dua telapak kakinya, ada yang disambar sampai dua lututnya, dan ada yang disambar sampai leherya. Ketika api itu akan menyambar muka, Malik berkata, ”Jangan membakar muka mereka, karena dalam waktu yang cukup lama mereka bersujud Kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
**********************
Dalam Al-Qur'an, Allah telah mensifati neraka Jahannam sebagai berikut :"Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi gunung".(QS. Al-Mursilat : 32)
"Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya. (QS. Al-Hijr : 43)
Dari Hadits Qudsi: Bagaimana kamu masih boleh melakukan maksiat sedangkan kamu tak dapat bertahan dengan panasnya terik matahari Ku. Tahukah kamu bahwa neraka jahanamKu itu:
Neraka Jahanam itu mempunyai 7 tingkat
Setiap tingkat mempunyai 70,000 daerah
Setiap daerah mempunyai 70,000 kampung
Setiap kampung mempunyai 70,000 rumah
Setiap rumah mempunyai 70,000 bilik
Setiap bilik mempunyai 70,000 kotak
Setiap kotak mempunyai 70,000 batang pokok zarqum Di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 ekor ular, Di dalam mulut setiap ular yang panjang 70 hasta mengandung lautan racun yang hitam pekat. Juga di bawah setiap pokok zarqum mempunyai 70,000 rantai, Setiap rantai diseret oleh 70,000 malaikat. Wallahu'alambishawab.
Mt.Alfatih - Shella Hanum
SEMOGA BERMANFAAT.
Wednesday, July 23, 2014
Sang Pemimpin yang telah di Jamin Masuk Sorga
Sebagai seorang
khalifah pengganti Abu bakar pada 13 – 23 H ( 634 – 644 M) kekuasaan islam tumbuh dengan sangat pesat.
Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti
Sassanid dari Persia serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara
dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium).
Keberhasilan
Umar bin Khattab dalam menaklukan imperium besar (Persia dan Romawi) tidak
lepas dari sosoknya yang tegas, dan sangat bersahaja. Berikut
kami kisahkan beberapa contoh teladan dari Umar bin khattab :
URMUZAN
dan UMAR BIN KHATTAB
Dengan
ditemani Anas Bin Malik, Hurmuzan datang dengan kebesaran dan kemegahannya.
Dengan diikuti pemuka-pemuka terkenal dan seluruh anggota keluarganya, Hurmuzan
memasuki Madinah dengan menampilkan keagungan dan kemuliaan seorang raja.
Perhiasan yang bertatah permata melekat di dahi. Sementara mantel sutra yang
mewah menutupi pundaknya.Sementara itu sebilah pedang bengkok dengan hiasan
batu-batu mulia menggantung disabuknya. Ia bertanya-tanya dimana Amirul Mu’minin
bertempat tinggal. Ia membayangkan bahwa Umar bin Khattab yang kemasyhurannya
tersebar keseluruh dunia pasti tinggal di Istana yang sangat megah.
Sampai
di Madinah mereka langsung menuju tempat kediaman Umar. Tetapi mereka
diberitahu bahwa Umar sudah pergi ke Masjid sedang menerima delegasi dari
Kufah. Mereka pun bergegas ke Masjid. Tetapi tidak juga bertemu Umar. Melihat
rombongan itu, anak-anak di Madinah mengerti maksud kedatangan mereka. Lalu
diberitahukan bahwa Amirul Mu’minin sedang tidur di beranda kanan masjid dengan
menggunakan mantelnya sebagai bantal seorang diri. Betapa terkejutnya Hurmuzan,
ketika ditunjukan bahwa Umar adalah lelaki yang berpakaian seadanya yang tidur
di Masjid itu. Hurmuzan beserta rombongannya nyaris tak percaya, tetapi memang
itulah kenyataannya.
Sambil
berdecak kagum Hurmuzan mengatakan, “Engkau, wahai Umar, telah memerintah
dengan adil, lalu engkau aman dan engkau pun bisa tidur dengan nyaman”.
TUNJANGAN
UNTUK UMAR BIN KHATTAB
Tatkala
‘Umar ibn al-Khaththâb r.a. diangkat menjadi Khalifah, ditetapkanlah baginya
tunjangan sebagaimana yang pernah diberikan kepada Khalifah sebelumnya, yaitu
Abû Bakar r.a. Pada suatu saat, harga-harga barang di pasar mulai merangkak
naik. Tokoh-tokoh Muhajirin seperti ‘Utsmân, ‘Alî, Thalhah, dan Zubair
berkumpul serta menyepakati sesuatu. Di antara mereka ada yang berkata,
“Alangkah baiknya jika kita mengusulkan kepada ‘Umar agar tunjangan hidup untuk
beliau dinaikkan.Jika ‘Umar menerima usulan ini, kami akan menaikkan tunjangan
hidup beliau.”‘
Alî
kemudian berkata, “Alangkah bagusnya jika usulan seperti ini diberikan pada
waktu-waktu yang telah lalu.”Setelah itu, mereka berangkat menuju rumah ‘Umar.
Namun, Utsmân menyela seraya berkata, “Sebaiknya usulan kita ini jangan
langsung disampaikan kepada ‘Umar. Lebih baik kita memberi isyarat lebih dulu
melalui puteri beliau, Hafshah. Sebab, saya khawatir, ‘Umar akan murka kepada
kita.”Mereka lantas menyampaikan usulan tersebut kepada Hafshah seraya
memintanya untuk bertanya kepada ‘Umar, yakni tentang bagaimana pendapatnya
jika ada seseorang yang mengajukan usulan mengenai penambahan tunjangan bagi
Khalifah ‘Umar.“Apabila beliau menyetujuinya, barulah kami akan menemuinya
untuk menyampaikan usulan tersebut. Kami meminta kepadamu untuk tidak menyebutkan
nama seorang pun di antara kami,” demikian kata mereka.Ketika Hafshah
menanyakan hal itu kepada ‘Umar, beliau murka seraya berkata, “Siapa yang
mengajari engkau untuk menanyakan usulan ini?”Hafshah menjawab, “Saya tidak
akan memberitahukan nama mereka sebelum Ayah memberitahukan pendapat Ayah
tentang usulan itu.
Umar
kemudian berkata lagi, “Demi Allah, andaikata aku tahu siapa orang yang
mengajukan usulan tersebut, aku pasti akan memukul wajah orang itu.”Setelah
itu, ‘Umar balik bertanya kepada Hafshah, istri Nabi saw., “Demi Allah, ketika
Rasulullah saw. masih hidup, bagaimanakah pakaian yang dimiliki oleh beliau di
rumahnya?”Hafshah menjawab, “Di rumahnya, beliau hanya mempunyai dua pakaian.
Satu dipakai untuk menghadapi para tamu dan satu lagi untuk dipakai
sehari-hari.”‘Umar bertanya lagi, “Bagaimana makanan yang dimiliki oleh
Rasulullah?”Hafshah menjawab, “Beliau selalu makan dengan roti yang kasar dan
minyak samin.”‘Umar kembali bertanya, “Adakah Rasulullah mempunyai kasur di
rumahnya?”Hafshah menjawab lagi, “Tidak, beliau hanya mempunyai selimut tebal
yang dipakai untuk alas tidur di musim panas. Jika musim dingin tiba,
separuhnya kami selimutkan di tubuh, separuhnya lagi digunakan sebagai
alastidur.”‘Umar kemudian melanjutkan perkataannya, “Hafshah, katakanlah kepada
mereka, bahwa Rasulullah saw.
selalu
hidup sederhana. Kelebihan hartanya selalu beliau bagikan kepada mereka yang
berhak. Oleh karena itu, aku punakan mengikuti jejak beliau. Perumpamaanku
dengan sahabatku—yaitu Rasulullah dan Abû Bakar—adalah ibarat tiga orang yang
sedang berjalan. Salah seorang di antara ketiganya telah sampai di tempat
tujuan, sedangkanyang kedua menyusul di belakangnya. Setelah keduanya sampai,
yang ketiga pun mengikuti perjalanan keduanya. Ia menggunakan bekal kedua
kawannya yangterdahulu. Jika ia puas dengan bekal yang ditinggalkan kedua
kawannya itu, ia akan sampai di tempat tujuannya, bergabung dengan kedua
kawannya yang telah tiba lebih dahulu. Namun, jika ia menempuh jalan yang lain,
ia tidak akan bertemu dengan kedua kawannya itu di akhirat.”(Sumber: Târîkh
ath-Thabarî, jilid I, hlm. 164).
UMAR
r.a DAN RAKYAT YANG KELAPARAN
Suatu
malam, Sang Khalifah menemukan sebuah gubuk kecil yang dari dalamnya nyaring
terdengar suara tangis anak-anak. Umar mendekat dan memerhatikan dengan seksama
keadaan gubuk itu. Ia dapat melihat ada seorang ibu yang dikelilingi
anak-anaknya.
Ibu
itu kelihatan sedang memasak sesuatu. Tiap kali anak-anaknya menangis, sang Ibu
berkata, “Tunggulah! Sebentar lagi makanannya akan matang.”
Selagi
Umar memerhatikan di luar, sang ibu terus menenangkan anak-anaknya dan
mengulangi perkataannya bahwa makanan sebentar lagi akan matang.
Umar
menjadi penasaran. Setelah memberi salam dan meminta izin, dia memasuki gubuk
itu dan bertanya kepada sang ibu, "Mengapa anak-anak Ibu tak berhenti
menangis?”
“Itu
karena mereka sangat lapar,” jawab si ibu.
“Mengapa
tidak ibu berikan makanan yang sedang Ibu masak sedari tadi itu?”
“Tidak
ada makanan. Periuk yang sedari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan
anak-anak. Biarlah mereka berpikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan
berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur.”
“Apakah
Ibu sering berbuat begini?” tanya Umar ingin tahu.
“Ya.
Saya sudah tidak memiliki keluarga ataupun suami tempat saya bergantung. Saya
sebatang kara,” jawab si ibu datar, berusaha menyembunyikan kepedihan hidupnya.
“Mengapa
Ibu tidak meminta pertolongan kepada Khalifah? Sehingga beliau dapat menolong
Ibu beserta anak-anak Ibu dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Itu akan
sangat membantu kehidupan ibu dan anak-anak,” nasihat Umar.
“Khalifah
telah berbuat zalim kepada saya,” jawab si ibu.
“Bagaimana
Khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu?” sang Khalifah ingin tahu.
“Saya
sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharusnya ia melihat kondisi rakyatnya
dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang senasib dengan saya.”
Umar
berdiri dan berkata, “Tunggu sebentar, Bu. Saya akan segera kembali!”
Pada
malam yang telah larut itu, Umar segera bergegas ke Madinah, menuju Baitul Mal.
Ia segera mengangkat sekarung gandum yang besar di pundaknya. Abbas, sahabatnya
membantu membawa minyak samin untuk memasak.
Maka,
ketika Khalifah menyerahkan sekarung gandum yang besar kepada si ibu beserta
anak-anaknya yang miskin, bukan main gembiranya mereka menerima bahan makanan
dari lelaki yang tidak dikenal ini.
Umar
berpesan agar ibu itu datang menemui Khalifah keesokan harinya untuk
mendaftarkan dirinya dan anak-anaknya di Baitul Mal.
Setelah
keesokan harinya, ibu dan anak-anaknya pergi untuk menemui Khalifah. Dan betapa
sangat terkejutnya si ibu begitu menyaksikan bahwa lelaki yang telah
menolongnya tadi malam adalah Khalifahnya sendiri, Khalifah Umar bin Khattab.
Segera
saja si ibu minta maaf atas kekeliruannya yang telah menilai bahwa khalifahnya
zalim terhadapnya. Namun Sang Khalifah tetap mengaku bahwa dirinyalah yang
telah bersalah.
MENGGALI
PARIT SEORANG DIRI
Umar
bin Khattab tidak saja di kenal sebagai khalifah yang berwibawa, tapi juga
sederhana dan merakyat. Untuk mengetahui keadaan rakyatnya, Umar tak
segan-segan menyamar jadi rakyat biasa.
Ia
sering berjalan-jalan ke pelosok desa seorang diri. Pada saat seperti itu tak
seorang pun mengenalinya bahwa ia sesungguhnya kepala pemerintahan. Kalau ia
menjumpai rakyatnya sedang kesusahan, ia pun segera memberi bantuan.
Umar
sadar, apa yang ada di tangannya saat itu bukanlah miliknya melainkan milik
rakyat. Untuk itu Umar melarang keras anggota keluarganya berfoya-foya. Ia
selalu berhemat dalam menggunakan keperluannya sehari-hari. Karena hematnya,
untuk menggunakan lampu saja keluarga amirulmukminin ini amat berhati-hati.
Lampu minyak itu baru dinyalakan bila ada pembicaraan penting. Jika tidak,
lebih baik tidak pakai lampu.
“Anak-anakku,
lebih baik kita bicara dalam gelap. Sebab, minyak yang digunakan untuk
menyalakan lampu ini milik rakyat!” sahut khalifah ketika anaknya ingin bicara
di tengah malam.
Dalam
hidupnya, Umar senantiasa memegang teguh amanat yang diembankan rakyat di
pundaknya. Pribadi Umar yang begitu mulia terdengar dimana-mana. Seluruh rakyat
sangat menghormatinya. Rupanya, cerita tentang keagungan Khalifah Umar ini
terdengar pula oleh seorang raja negara tetangga. Raja tertarik dan ingin
sekali bertemu dengan Umar.
Maka
pada suatu hari dipersiapkanlah tentara kerajaan untuk mengawalnya berkunjung
ke pemerintahan Umar. Ketika raja itu sampai di gerbang kota Madinah,
dilihatnya seorang lelaki sedang sibuk menggali parit dan membersihkan got di
pinggir jalan. Lalu, di panggilnya laki-laki itu.
“Wahai
saudaraku!” seru raja sambil duduk di atas pelana kuda kebesarannya.
“Bisakah
kau menunjukkan di mana letak istana dan singgasana Umar?” tanyanya kemudian.
Lelaki itu segera menghentikan pekerjaannya. Lalu, ia memberi hormat.
“Wahai
Tuan, Umar manakah yang Tuan maksudkan?” si penggali parit balik bertanya.”
Umar bin Khattab kepala pemerintahan kerajaan Islam yang terkenal bijaksana dan
gagah berani,” kata raja. Lelaki penggali parit itu tersenyum. “Tuan salah
terka. Umar bin Khattab kepala pemerintahan Islam sebenarnya tidak punya istana
dan singgasana seperti yang tuan duga. Ia orang biasa seperti saya,” terang si
penggali parit,”.
“Ah
benarkah? Mana mungkin kepala pemerintahan Islam yang terkenal agung seantero
negeri itu tak punya istana?” raja itu mengerutkan dahinya.
“Tuan
tidak percaya? Baiklah, ikuti saya,” sahut penggali parit itu.
Lalu
diajaknya rombongan raja itu menuju “istana” Umar. Setelah berjalan menelusuri
lorong-lorong kampung, pasar, dan kota, akhirnya mereka tiba di depan sebuah
rumah sederhana. Diajaknya tamu kerajaan itu masuk dan dipersilakannya duduk.
Penggali parit itu pergi ke belakang dan ganti pakaian. Setelah itu ditemuinya
tamu kerajaan itu. “Sekarang antarkanlah kami ke kerajaan Umar!”kata raja itu
tak sabar.
Penggali
parit tersenyum. “Tuan raja, tadi sudah saya katakan bahwa Umar bin Khattab
tidak mempunyai kerajaan. Bila tuan masih juga bertanya di mana letak kerajaan
Umar itu, maka saat ini juga tuan-tuan sedang berada di dalam istana Umar!”
Hah?!”
Raja dan para pengawalnya terbelalak. Tentu saja mereka terkejut. Sebab, rumah
yang di masukinya itu tidak menggambarkan sedikitpun sebagai pusat kerajaan.
Meski rumah itu tampak bersih dan tersusun rapi, namun sangat sederhana.
Rupanya
raja tak mau percaya begitu saja. Ia pun mengeluarkan pedangnya. Lalu berdiri
sambil mengacungkan pedangnya.
“Jangan
coba-coba menipuku! Pedang ini bisa memotong lehermu dalam sekejap!” ancamnya
melotot.
Penggali
parit itu tetap tersenyum. Lalu dengan tenangnya, ia pun berdiri.” Di sini tidak
ada rakyat yang berani berbohong. Bila ada, maka belum bicara pun pedang telah
menebas lehernya. Letakkanlah pedang Tuan. Tak pantas kita bertengkar di istana
Umar,” kata penggali parit. Dengan tenang ia memegang pedang raja dan
memasukkannya kembali pada sarungnya.
Raja
terkesima melihat keberanian dan ketenangan si penggali parit. Antara percaya
dan tidak, dipandanginya wajah penggali parit itu. Lantas, ia menebarkan
kembali pandangannya menyaksikan “istana” Umar itu. Muncullah pelayan-pelayan
dan pengawal-pengawal untuk menjamu mereka dengan upacara kebesaran. Namun,
raja itu belum juga percaya.
“Benarkah
ini istana Umar?”tanyanya pada pelayan-pelayan.
“Betul,
Tuanku, inilah istana Umar bin Khattab,” jawab salah seorang pelayan.
“Baiklah,”
katanya. Raja memang harus mempercayai ucapan pelayan itu.
“Tapi,
dimanakah Umar? Tunjukkan padaku, aku ingin sekali bertemu dengannya dan
bersalaman dengannya!” ujar sang raja.
Dengan
sopan pelayan itu pun menunjuk ke arah lelaki penggali parit yang duduk di
hadapan raja.” Yang duduk di hadapan Tuan adalah Khalifah Umar bin Khattab”
sahut pelayan itu.
“Hah?!”
Raja kini benar-benar tercengang. Begitu pula para pengawalnya.
“Jad…jadi,
anda Khalifah Umar itu…?” tanya raja dengan tergagap.
Si
penggali parit mengangguk sambil tersenyum ramah.
“Sejak
kita pertemu pertama kali di pintu gerbang kota Madinah, sebenarnya Tuan sudah
berhadapan dengan Umar bin Khattab!” ujarnya dengan tenang.
Kemudian
raja itu pun langsung menubruk Umar dan memeluknya erat sekali. Ia sangat
terharu bahkan menangis melihat kesederhanaan Umar. Ia tak menyangka, Khalifah
yang namanya disegani di seluruh negeri itu, ternyata rela menggali parit
seorang diri di pinggir kota.
Sejak
itu, raja selalu mengirim rakyatnya ke kota Madinah untuk mempelajari agama
Islam.
MAKANAN
ENAK UNTUK KHALIFAH
Kisah
Umar bin Khattab bisa menjadi cermin bagi kita. Ketika Utbah bin Farqad,
Gubernur Azerbaijan, di masa pemerintahan Umar bin Khattab disuguhi makanan
oleh rakyatnya. Kebiasaan yang lazim kala itu. Dengan senang hati gubernur
menerimanya seraya bertanya “Apa nama makanan ini?”. “Namanya Habish, terbuat
dari minyak samin dan kurma”, jawab salah seorang dari mereka.
Sang
Gubernur segera mencicipi makanan itu. Sejenak kemudian bibirnya menyunggingkan
senyum. “Subhanallah” Betapa manis dan enak makanan ini. Tentu kalau makanan
ini kita kirim kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab di Madinah dia akan
senang, ujar Utbah.
Kemudian
ia memerintahkan rakyatnya untuk membuat makanan dengan kadar yang diupayakan
lebih enak. Setelah makanan tersedia, sang gubenur memerintahkan anak buahnya
untuk berangkat ke madinah dan membawa habish untuk Khaliofah Umar bin Khattab.
Sang khalifahsegera membuka dan mencicipinya. “Makanan Apan ini?” tanya Umar.
“Makanan
ini namanya Habish. Makanan paling lezat di Azerbaijan,” jawab salah seorang
utusan.
“Apakah
seluruh rakyat Azerbaijan bia menikmati makanan ini?’, tanya Umar lagi.
“Tidak.
tidak semua bisa menikmatinya”, jawab utusan itu gugup
Wajah
Khalifah langsung memerah pertanda marah. Ia segera memrintahkan kedua utusan
itu untuk membawa kembali habish ke negrinya. Kepada Gubernurnya ia menulis
surat “………makanan semanis dan seselezat ini bukan dibuat dari uang ayah dan
ibumu. Kenyangkan perut rakyatmu dengan makanan ini sebelum engkau
mengenyangkan perutmu”
UMAR
r.a DIMATA PEMIMPIN NASRANI
Berita
kedatangan bala bantuan kepada pasukan Muslim yang tengah mengepung kota
membuat pasukan dan warga Kristen dan Yahudi yang berdiam di dalam kota menjadi
ciut. Mengingat kedudukan Yerusalem sebagai kota suci, sebenarnya pasukan
Muslim enggan menumpahkan darah di kota itu. Sementara kaum Kristen yang
mempertahankan kota itu juga sadar mereka tidak akan mampu menahan kekuatan
pasukan Muslim. Menyadari memperpanjang perlawanan hanya akan menambah
penderitaan yang sia-sia bagi penduduk Yerusalem, maka Patriarch Yerusalem,
Uskup Agung Sophronius mengajukan perjanjian damai. Permintaan itu disambut
baik Panglima Amru bin Ash, sehingga Yerusalem direbut dengan damai tanpa
pertumpahan darah setetespun.
Walaupun
demikian, Uskup Agung Sophronius menyatakan kota suci itu hanya akan diserahkan
ke tangan seorang tokoh yang terbaik di antara kaum Muslimin, yakni Khalifah
Umar bin Khattab Radhiyallahu ‘Anhu. Sophronius menghendaki agar Amirul Mukminin
tersebut datang ke Yerusalem secara pribadi untuk menerima penyerahan kunci
kota suci tersebuit. Biasanya, hal ini akan segera ditolak oleh pasukan yang
menang. Namun tidak demikian yang dilakukan oleh pasukan Muslim. Bisa jadi,
warga Kristen masih trauma dengan dengan peristiwa direbutnya kota Yerusalem
oleh tentara Persia dua dasawarsa sebelumnya di mana pasukan Persia itu
melakukan perampokan, pembunuhan, pemerkosaan, dan juga penajisan tempat-tempat
suci. Walau orang-orang Kristen telah mendengar bahwa perilaku pasukan kaum
Muslimin ini sungguh-sungguh berbeda, namun kecemasan akan kejadian dua
dasawarsa dahulu masih membekas dengan kuat. Sebab itu mereka ingin jaminan
yang lebih kuat dari Amirul Mukminin.
Panglima
Abu Ubaidah memahami psikologis penduduk Yerusalem tersebut. Ia segera
meneruskan permintaan tersebut kepada Khalifah Umar r.a. yang berada di
Madinah. Khalifah Umar segera menggelar rapat Majelis Syuro untuk mendapatkan
nasehatnya. Utsman bin Affan menyatakan bahwa Khalifah tidak perlu memenuhi
permintaan itu karena pasukan Romawi Timur yang sudah kalah itu tentu akhirnya
juga akan menyerahkan diri. Namun Ali bin Abi Thalib berpandangan lain. Menurut
Ali, Yerusalem adalah kota yang sama sucinya bagi umat Islam, Kristen, dan
Yahudi, dan sehubungan dengan itu, maka akan sangat baik bila penyerahan kota
itu diterima sendiri oleh Amirul Mukminin. Kota suci itu adalah kiblat pertama
kaum Muslimin, tempat persinggahan perjalanan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Salam pada malam hari ketika beliau ber-isra’ dan dari kota itu pula Rasulullah
ber-mi’raj. Kota itu menyaksikan hadirnya para anbiya, seperti Nabi Daud, Nabi
Sulaiman, dan Nabi Isa. Umar akhirnya menerima pandangan Ali dan segera
berangkat ke Yerusalem. Sebelum berangkat, Umar menugaskan Ali untuk
menjalankan fungsi dan tugasnya di Madinah selama dirinya tidak ada.
Kepergian
Khalifah Umar hanya ditemani seorang pelayan dan seekor unta yang
ditungganginya bergantian. Ketika mendekati Desa Jabiah di mana panglima dan
para komandan pasukan Muslim telah menantikannya, kebetulan tiba giliran
pelayan untuk menunggang unta tersebut. Pelayan itu menolak dan memohon agar
khalifah mau menunggang hewan tersebut. Tapi Umar menolak dan mengatakan bahwa
saat itu adalah giliran Umar yang harus berjalan kaki. Begitu sampai di Jabiah,
masyarakat menyaksikan suatu pemandangan yang amat ganjilyang belum pernah
terjadi, ada pelayan duduk di atas unta sedangkan tuannya berjalan kaki
menuntun hewan tunggangannya itu dengan mengenakan pakaian dari bahan kasar
yang sangat sederhana. Lusuh dan berdebu, karena telah menempuh perjalanan yang
amat jauh.
Di
Jabiah, Abu Ubaidah menemui Khalifah Umar. Abu Ubaidah sangat bersahaya,
mengenakan pakaian dari bahan yang kasar. Khalifah Umar amat suka bertemu
dengannya. Namun ketika bertemu dengan Yazid bin Abu Sofyan, Khalid bin Walid,
dan para panglima lainnya yang berpakaian dari bahan yang halus dan bagus, Umar
tampak kurang senang karena kemewahan amat mudah menggelincirkan orang ke dalam
kecintaan pada dunia.
Kepada
Umar, Abu Ubaidah melaporkan kondisi Suriah yang telah dibebaskannya itu dari
tangan Romawi Timur. Setelah itu, Umar menerima seorang utusan kaum Kristen
dari Yerusalem. Di tempat itulah Perjanjian Aelia (istilah lain Yerusalem)
dirumuskan dan akhirnya setelah mencapai kata sepakat ditandatangani.
Berdasarkan perjanjian Aelia itulah Khalifah Umar r.a. menjamin keamanan nyawa
dan harta benda segenap penduduk Yerusalem, juga keselamatan gereja, dan
tempat-tempat suci lainnya. Penduduk Yerusalem juga diwajibkan membayar jizyah
bagi yang non-Muslim. Barang siapa yang tidak setuju, dipersilakan meninggalkan
kota dengan membawa harta-benda mereka dengan damai. Dalam perjanjian itu ada
butir yang merupakan pesanan khusus dari pemimpin Kristen yang berisi dilarangnya
kaum Yahudi berada di Yerusalem. Ketentuan khusus ini berangsur-angsur
dihapuskan begitu Yerusalem berubah dari kota Kristen jadi kota Muslim.
Perjanjian
Aeliasecara garis besar berbunyi: “Inilah perdamaian yang diberikan oleh hamba
Allah ‘Umar, Amirul Mukminin, kepada rakyat Aelia: dia menjamin keamanan diri,
harta benda, gereja-gereja, salib-salib mereka, yang sakit maupun yang sehat,
dan semua aliran agama mereka. Tidak boleh mengganggu gereja mereka baik
membongkarnya, mengurangi, maupun menghilangkannya sama sekali, demikian pula
tidak boleh memaksa mereka meninggalkan agama mereka, dan tidak boleh
mengganggu mereka. Dan tidak boleh bagi penduduk Aelia untuk memberi tempat
tinggal kepada orang Yahudi.”
Setelah
itu, Umar melanjutkan perjalanannya ke Yerusalem. Lagi-lagi ia berjalan seperti
layaknya seorang musafir biasa. Tidak ada pengawal. Ia menunggang seekor kuda
yang biasa, dan menolak menukarnya dengan tunggangan yang lebih pantas.
Di
pintu gerbang kota Yerusalem, Khalifah Umar disambut Patriarch Yerusalem, Uskup
Agung Sophronius, yang didampingi oleh pembesar gereja, pemuka kota, dan para
komandan pasukan Muslim. Para penyambut tamu agung itu berpakaian
berkilau-kilauan, sedang Umar hanya mengenakan pakaian dari bahan yang kasar
dan murah. Sebelumnya, seorang sahabat telah menyarankannya untuk mengganti
dengan pakaian yang pantas, namun Umar berkata bahwa dirinya mendapatkan
kekuatan dan statusnya berkat iman Islam, bukan dari pakaian yang dikenakannya.
Saat Sophronius melihat kesederhanaan Umar, dia menjadi malu dan mengatakan,
“Sesungguhnya Islam mengungguli agama-agama manapun.”
Di
depan The Holy Sepulchure (Gereja Makam Suci Yesus), Uskup Sophronius
menyerahkan kunci kota Yerusalem kepada Khalifa Umar r.a. Setelah itu Umar
menyatakan ingin diantar ke suatu tempat untuk menunaikan shalat. Oleh
Sophronius, Umar diantar ke dalam gereja tersebut. Umar menolak kehormatan itu
sembari mengatakan bahwa dirinya takut hal itu akan menjadi preseden bagi kaum
Muslimin generasi berikutnya untuk mengubah gereja-gereja menjadi masjid. Umar
lalu dibawa ke tempat di mana Nabi Daud Alaihissalam konon dipercaya shalat dan
Umar pun shalat di sana dan diikuti oleh umat Muslim. Ketika orang-orang Romawi
Bizantium menyaksikan hal tersebut, mereka dengan kagum berkata, kaum yang
begitu taat kepada Tuhan memang sudah sepantasnya ditakdirkan untuk berkuasa.
“Saya tidak pernah menyesali menyerahkan kota suci ini, karena saya telah
menyerahkannya kepada ummat yang lebih baik …,” ujar Sophronius.
Umar
tinggal beberapa hari di Yerusalem. Ia berkesempatan memberi petunjuk dalam
menyusun administrasi pemerintahan dan yang lainnya. Umar juga mendirikan
sebuah masjid pada suatu bukit di kota suci itu. Masjid ini sekarang disebut
sebagai Masjid Umar. Pada upacara pembangunan masjid itu, Bilal r.a. – bekas
budak berkulit hitam yang sangat dihormati Khalifah Umar melebihi dirinya –
diminta mengumandangkan adzan pertama di bakal tempat masjid yang akan
didirikan, sebagaimana adzan yang biasa dilakukannya ketika Rasulullah masih
hidup. Setelah Rasulullah saw wafat, Bilal memang tidak mau lagi
mengumandangkan adzan. Atas permintaan Umar, Bilal pun melantunkan adzan untuk
menandai dimulainya pembangunan Masjid Umar. Saat Bilal mengumandangkan adzan
dengan suara yang mendayu-dayu, Umar dan kaum Muslimin meneteskan air mata,
teringat saat-saat di mana Rasulullah masih bersama mereka. Ketika suara adzan
menyapu bukit dan lembah di Yerusalem, penduduk terpana dan menyadari bahwa
suatu era baru telah menyingsing di kota suci tersebut.
POSTED BY: MUHAMMAD ISMAIL
Friday, July 11, 2014
Kata-kata Bijak Yang Ngawur !
Underground
Tauhid
Kemampuan yang
paling hebat, dan juga paling mengerikan dari para filsuf, sastrawan, dan
penulis amatiran (seperti saya), adalah merangkai kata-kata.. Kemampuan
persuasi, yang bisa membuat hal-hal yang sebenarnya koplak, terlihat bijak..
Suatu hal-hal yang jelas salah pun, akan bisa terlihat luar biasa benar, luar
biasa masuk akal lengkap dengan argumen yang indah dan berbunga-bunga, yang
kedengarannya muncul dari seorang bijak berjanggut yang sedang bersemedi di
bawah pohon, lengkap dengan kicauan burung di latar belakang..
Kata-kata bijak berikut
ini, saat pertama anda membacanya, anda mungkin akan manggut-manggut setuju,
hati anda tersentuh, bahkan mata anda akan berkaca-kaca sambil menghela napas
panjang sambil membatin: ‘iya juga yaa..’ Benarkah itu bijak? Yuk kita
kritisi..
“Kita
tidak perlu menghakimi keburukan orang lain.. Biarlah itu urusan dia dengan
Tuhannya.. Hanya Tuhan yang tahu mana yang paling benar. Hanya Tuhan lah yang
berhak menghakimi, di akhirat kelak..”
Wow, wow, wow, tunggu
dulu.. Jika saja hanya Tuhan yang berhak menghakimi, mari kita bubarkan semua
lembaga peradilan, karena manusia tidak berhak menghakimi bukan? Mau orang
korupsi, mencuri, menjadi gay dan lesbian, menghina agama, bahkan membunuh orang
lain, biarkan saja.. Toh kita tidak berhak menghakimi orang lain kan? Hanya
Tuhan yang berhak. Jadi jika ada polisi yang coba mendenda kita karena
buang sampah atau merokok sembarangan di Singapura, tampar saja si sok tahu
itu, dan katakan: “hanya Tuhan yang berhak menghakimi saya!!” Jika kita hanya
membiarkan Tuhan yang mengadili semua keburukan-keburukan manusia di dunia,
kita tidak perlu hukum lagi, dan mari kita kembali ke zaman batu (bahkan
manusia zaman batu pun punya peraturan). Atau kita ikuti saja kata-kata teman
saya: “Lemah teles, Gusti Alloh seng mbales..”
“Kenapa
kita ribut-ribut masalah yang sepele sih? Pornografi diributin, penulis buku
yang mempromosikan lesbi dihalangin.. Lady Gaga diributin.. Mendingan urusin
tuh koruptor, mereka yang lebih berbahaya bagi bangsa kita ini..”
Weks.. Ini sih sama
saja dengan: “Ngapain kita tangkap orang yang nyolong sandal, tuh yang maling
motor aja dikejar..”. Lha perbuatan buruk, besar atau kecil, tetap harus
dihalangi.. Jika orang tersebut menentang pornografi, bukan berarti dia diam
saja terhadap koruptor kan? Bukankah lebih baik kita menjaga dari keduanya..
Katakan: say no to pornografi dan korupsi! Dua-duanya, menurut saya, cepat atau
lambat, akan menghancurkan negara ini.. bahkan masyarakat barat sendiri pun
cukup resah dengan pornografi, koq malah kita mendukungnya?
“Tuhan
itu maha kuasa, maha agung, maha besar. Jadi ga perlu dibela. Jika kalian
membentuk gerakan untuk membela agama, itu sama saja dengan kalian melecehkan
kekuasaan dan kekuatan Tuhan. Tuhan ga perlu dibela..”
Weleh, tunggu
sebentar.. Organisasi-organisasi agama yang dibentuk selama ini, dari agama
manapun, didirikan untuk membela Tuhan, atau untuk kepentingan para pemeluk
agama? Organisasi tersebut dibentuk untuk mengurusi, menyuarakan, dan
mengakomodasi kepentingan para penganutnya.. Jika organisasi tersebut bertujuan
melindungi kepentingan para anggotanya, kenapa dituduh sedang berusaha membela
Tuhan? Saya koq tidak ingat ada organisasi agama yang visi dan misi
organisasinya adalah: “untuk membela Tuhan di muka bumi..”
“Kenapa
sih anti banget dengan seks bebas? Anti banget dengan rok mini? Padahal
diam-diam toh suka nonton film porno, doyan seks juga, suka melototin paha
juga.. Dasar otaknya aja yang kotor.. Bersihin tuh otaknya, jangan urusin
pakaian orang lain.. Kalau otaknya bersih dan imannya kuat, mau ada yang
telanjang di depannya juga ga akan tergoda.. Gak usah munafik dan sok suci
deh..”
Lhaaa… Sebentar…
Kelompok yang anti seks bebas bukan berarti mereka ga doyan seks ya.. Yang menjadi
penentu adalah bagaimana cara kami menyalurkan hasrat kami.. Kami tentu saja
suka seks, menikmati seks, tapi dengan pasangan kami, dengan cara yang
bertanggung jawab.. Seks merupakan rahmat Tuhan, tapi nikmatilah secara
bertanggung jawab.. Jika kami memang maniak seks yang suka meniduri semua
makhluk yang berkaki dua, tentu saja kami dengan senang hati mendukung seks
bebas.. Itu berarti kami makin bebas meniduri berbagai macam wanita tanpa harus
pusing mikirin pampers dan susu, karena, dengan menyebarnya paham seks bebas,
makin banyak wanita yang bersedia kami manfaatkan (dan kami tiduri), kemudian
kami tinggalkan setelah puas..
Otak kami yang kotor?
Ayolah, jika saja para lelaki diciptakan tanpa nafsu, maka sudah lama manusia
punah.. Sudah kodratnya laki-laki akan tergerak nafsunya jika melihat paha
wanita.. Jika ada lelaki yang dengan gagah berani bilang tidak tergerak
nafsunya saat melihat paha wanita cantik, itu hanya omong kosong agar semakin
banyak wanita yang memamerkan pahanya dengan senang hati.. Rok mini, memang
diciptakan untuk memancing perhatian (dan nafsu) para lelaki.. Jika kami memang
berfikiran kotor dan tak bisa menahan iman, tentu kami akan turun ke jalan
untuk mendukung semua wanita memakai rok mini.. Makin banyak wanita yang bisa
memuaskan nafsu kotor kami.. Jadi, siapakah yang berfikiran kotor dan tidak
bisa menahan iman? Para lelaki yang menentang rok mini, atau pendukungnya? Para
penentang seks bebas, atau pendukungnya?
Propaganda,
seringkali seperti pelacur, menggunakan riasan tebal dan indah untuk menutupi
kebusukan di baliknya..
Saya pernah tinggal di
kos-kosan di Yogya, yang anak-anaknya terdiri dari berbagai macam aliran:
agnostik, atheis, kejawen, liberal, penyembah keris, bahkan ada begitu bingung,
sehingga akhirnya mengaku sebagai komunis relijius…
Dengan beragamnya
fikiran yang pernah kami perdebatkan, diiringi menyeruput kopi dan menghisap
rokok, fikiran saya dijejali dengan berbagai macam aliran lengkap dengan
argumen yang luar biasa indah.. Mungkin itu yang membuat saya jadi terlatih
mengasah logika, sambil garuk-garuk kepala, dan selalu mencoba melihat jauh ke
balik kata-kata nan indah itu.. Nih, kata-kata bijak yang lagi trend saat ini:
“Lady
Gaga koq diributin.. Apa bedanya dengan yang sudah ada di Indonesia? Penyanyi
Indonesia juga banyak tuh yang seronok. Tuh penyanyi dangdut seronok masuk
sampai ke kampung-kampung, ditonton anak-anak. Jika mau adil, yang seperti itu
juga dilarang dong..”
Lha para pendukung
kebebasan itu memangnya selama ini mendukung pelarangan pornografi sampai ke
kampung-kampung? Dulu saat Inul banyak yang menentang, kaum liberalis juga
menggunakan dalil yang sama: ‘yang lain juga dilarang doong’. Protes soal chef
Sarah Quin (betul ga ya namanya?), juga ditentang dengan alasan: ‘dia ga
sengaja tampil seronok koq’. Jika tempat-tempat maksiat digerebek, katanya
menghalangi orang cari nafkah. Jika penyanyi dangdut seronok itu diprotes
masyarakat sekitar, dijawab: urus dosa masing-masing, kalau ga suka ya ga usah
nonton.. Bahkan di saat semua itu berusaha dikurangi dengan UU Anti Pornografi
dan Pornoaksi, banyak yang menjerit-jerit: “jangan memasung kebebasan
berekspresi!” Intinya kan sebenarnya: “Jangan larang kami melakukan pornografi
dan pornoaksi, di tingkat manapun! Mau kami menari bugil sambil mutar-mutarin
baju di atas kepala di genteng rumah kami, yo jangan protes!” Jadi, kenapa
membanding-bandingkan Lady Gaga ama Keyboard Mak Lampir? (julukan para
pedangdut seronok di daerah kami..). Toh dua-duanya sebenarnya kalian dukung,
atas nama kebebasan berekspresi? Kami, malah sedang berusaha menentang
dua-duanya..
“Kita
hidup dlm masyarakat yg sangat plural, sehingga setiap individu hendaknya bebas
memilih & menjalankan apapun prinsip hidupnya (termasuk mendukung Irshad
Manji atau Lady Gaga), lalu semuanya saling menghormati dlm segala perbedaan
pilihan tsb”
Hmm.. Bijak dalam
teori, kacau balau dalam praktek. Jika saja semua individu bebas menjalankan
prinsip hidupnya, maka kita ga perlu nunggu suku Maya meramalkan akhir dunia.
Bisa dibayangkan, jika banyak orang yang mendukung Sumanto, lalu menjalankan
prinsip hidupnya sebagai kanibal, maka ayam goreng Kentucky ga bakal laris
lagi, dan banyak orang yang nenteng-nenteng pisau daging dan botol merica di
jalanan.. Atau, jika banyak orang yang mendukung Amrozi, kemudian menjalankan
prinsip hidupnya sebagai pelaku bom bunuh diri, maka terminal bus way yang
paling sesak pun akan bubar dalam 5 detik (termasuk penjaga tiketnya) begitu
ada lelaki menyandang ransel datang mendekat..
Ya, ya saya tahu..
Argumen saya di atas pasti akan berusaha dimentahkan dengan argumen: “yang
penting kan ga merugikan kalian” dalam bentuk kata-kata bijak nan koplak
berikut:
“Apa
salahnya dengan pornografi? Atau lesbi? Atau perbuatan-perbuatan maksiat
lainnya? Toh ga merugikan anda. Jika anda tidak suka, ya ga usah ditonton, ga
usah diikuti. Jika takut anak anda terpengaruh, ya perkuat pendidikan
iman anak-anak anda. Kalau iman sudah kuat, mau 1000 Lady Gaga datang ke
Indonesia, iman kita (dan anak-anak kita) tidak akan terpengaruh..”
Hellooo.. Kita memang
makhluk individu, tapi kita juga makhluk sosial. Setiap tindakan kita, sekecil
apapun, akan berpengaruh terhadap lingkungan kita. Contoh gampangnya, kenapa
kita protes sama tetangga kita yang buang sampah ke kali? “Toh sampahnya sampah
dia sendiri (ya mana mungkin dia dengan ikhlas buangin sampahnya ente), kalinya
bukan milik mbahmu, lantas kenapa ente yang sewot?” Lha memangnya kalo banjir,
banjirnya muter-muter dulu cari siapa bajingan yang membuang sampah, lalu terus
menyerbu menggenangi rumah tetangga anda saja sampai setinggi kepala?
Ok kita tidak suka
perbuatan-perbuatan maksiat, dan kita berhasil menghindarinya. Lalu kita juga
menanamkan iman yang kuat ke anak-anak kita, dan juga berhasil. Dan kita teriak
ke luar sana: “Maree seneee Lady Gaga, Freddy Mercury, Jhon Kei dan Mak Lampir
jadi satu!! Iman saya dan keluarga saya dah kuat koq!” Tapi sekian tahun ke
depan, tiba-tiba ada anak tetangga kita yang kecanduan pornografi, lalu tidak
tahan, dan akhirnya memperkosa anak perempuan kita.. Atau ada orang yang mabuk
karena alkohol dan narkoba, lalu menabrak seluruh keluarga kita yang sedang
jalan-jalan di trotoar.. Atau anak perempuan kita hilang, diculik sindikat yang
menjualnya ke prostitusi.. Atau anak lelaki anda disodomi keluarga jauh anda..
Atau seorang pecandu merampok dan membunuh anda karena butuh uang untuk beli
sabu.. Sama seperti banjir, ekses negatif dari perbuatan maksiat, tidak akan
pernah pilih-pilih siapa korbannya, baik anda berbuat maksiat atau tidak..
Benar, bahwa kita
tidak salah 100%, tapi, sebenarnya, kita tetap punya andil dalam hal itu. Kita
sukses memperkuat iman keluarga kita, tapi kita abai dengan lingkungan kita. Itulah
kenapa dalam Islam ada seruan: “amar makruf, nahi munkar”. Menyeru kepada
kebajikan, mencegah kemungkaran. Jika kita mengabaikan kemunkaran di lingkungan
kita, dengan prinsip: “urus dosa masing-masing”, yakinlah, cepat atau lambat,
kita akan memetik hasilnya…
Masih enggan untuk
amar makruf nahi munkar?
“Beri
saya 10 media massa, maka saya akan merubah dunia..”
Saat ini, sungguh naif
jika kita percaya media mainstream akan memberikan opini yang netral dan
berimbang terhadap semua hal. Mereka akan memberikan opini yang sesuai dengan
kepentingan sang pemilik (gimana kalo pemiliknya adalah Ryan Jagal?). Sungguh
sangat berbahaya jika kita menganggap semua yang diberitakan media adalah berita
yang 100% benar, tanpa berusaha mengkritisi dan mencari berita dari sudut
pandang lain sebagai penyeimbang. Yuk, kita kritisi kata-kata bijak penutup
ini..
“Menonton
atau membaca pornografi, kekerasan, atau apapun tidak akan mempengaruhi saya.
Toh semua manusia dibekali filter untuk menyaring, dan otak untuk berfikir.
Jadi mau saya baca atau tonton ribuan kali pun , tidak akan merubah pendirian
saya.. Satu kali nonton konser lady Gaga tidak akan membuat yg nonton jd
pemuja setan dan lesbian kan?”
Hohohoho.. Yuk kita
bandingkan keadaan sekarang dan keadaan 20 tahun yang lalu, tahun 80-90an.
Zaman dulu, seks bebas di Indonesia masih sangat sedikit jumlahnya. Untuk kaum
remaja saat itu, bergandengan tangan di depan umum saja, sudah menimbulkan
ledekan yang membuat sang pelaku ingin menceburkan diri ke selokan terdekat.
Lihat anak-anak sekarang? Mungkin anda sendiri yang dengan sukarela akan
menceburkan diri ke selokan terdekat saat melihat gaya mereka berpacaran.
Bahkan sekarang mereka dengan senang hati menyebarkan prilaku mereka dalam
bentuk video yang jumlahnya mulai menyaingi produksi film porno Amerika dalam
setahun.. Kenapa bisa bergeser? Apa anda kira para orang tua dan guru lah yang
menanamkan dogma: “Anakku, kamu harus rajin-rajin seks bebas yaa, biar dapat
rangking.. Yuk kita memasyarakatkan seks bebas dan menseks bebaskan
masyarakat..”?
Jadi, siapa yang
mengajari mereka? Jawabannya sederhana: media massa. Selama berpuluh-puluh
tahun mereka menggempur otak bawah sadar kita dengan berbagai film, buku,
berita, cerita, sinetron, dan lain-lain yang secara sangat halus menyiratkan:
“Seks bebas itu hal yang biasa aja cooy.. Anak gaul, malu dong jika masih
perawan di usia 18. Tuh, banyak artis idola kamu yang
melakukannya.” Memang benar 1000 kali membaca, atau 1x nonton Lady Gaga
belum tentu merubah kita.. Tapi, pesan-pesan itu ditanamkan selama
berpuluh-puluh tahun, dalam bentuk jutaan pesan per tahun, dari berbagai
arah, terhadap anda dan keluarga anda. Yakin anda dan keluarga anda tidak
terpengaruh sedikitpun?
Siapa yang paling
mudah bobol? Tentu saja anak anda. Anda kira, kenapa iklan McDonald dan rokok
mengarah kepada anak-anak dan remaja? Karena merekalah berada dalam fase yang
labil dan paling mudah dipengaruhi, dibandingkan orang tuanya. Saat mereka
menjadi dewasa dan lebih bijaksana, rokok, junkfood dan seks bebas itu sudah
menjadi kebiasaan mereka, candu mereka, sehingga mereka akan sangat sulit
meninggalkannya, walau akhirnya paham kerusakan macam apa yang ada
dibaliknya.
“Tetap ngga ngaruh maaas,
iman gue kan KW1″ Mungkin. Tapi, sedikit banyak, anda akan
terpengaruh. Anda akan menjadi permisif: “Biar ajalah orang lain
melakukannya, yang penting aku tidak.. Toh banyak yang melakukan, dan itu bukan
urusanku”. Itulah yang menjadi target selanjutnya: menanggalkan kontrol sosial
anda.. Jika laju ‘cuci otak’ ini terus berlanjut, sepuluh tahun ke depan,
jangan heran jika akhirnya kitalah yang mengekspor video porno ke Amerika dan
masyarakat Amerika lah yang nonton konser Iwak Peyek Tour 2022..
“Jangan
melihat siapa yang mengatakan dong. Kalau mau mengkritisi, kritisi gagasannya,
kata-katanya, fikirannya. Jangan kritisi pribadi dan kelakuannya (bahasa
alaynya: ad ominem).”
Oalaaah.. Saya beri
contoh kasus ringan. Misalnya, kata-kata ini diucapkan dua orang yang berbeda:
“Saya akan memajukan bangsa Indonesia. Saya akan berjuang menciptakan budaya
bebas korupsi, pola hidup sederhana, dan mengikis habis kebohongan birokrat dan
legislatif” Yang pertama, diucapkan oleh Buya Hamka. Satu lagi, diucapkan Angelina
Sondakh. Saya rasa, yang pertama membuat anda manggut-manggut percaya, dan yang
kedua membuat anda setengah mati menggigit bibir, lalu terguling karena tertawa
terbahak-bahak.. Kenapa kata-kata yang sama persis, dengan nada sama persis,
tapi diucapkan oleh dua orang yang berbeda, hasilnya bisa berbeda? Setiap
kata-kata, sebijak apapun, selalu ada motif dibaliknya. Dan motif itu, sangat
terkait dengan pribadi orang yang mengucapkannya. Jadi, kenapa kita tidak boleh
mengkritisi pribadi yang mengucapkannya?
Jika anda ingin minta
pendapat tentang gaya rambut, anda bertanya kepada penata rambut, atau ke
tukang las? Jika saya bilang “lha masa tukang las mengerti soal gaya rambut”,
apa itu ad hominem?
Kasus Irshad Manji
adalah contoh lain yang gamblang tentang hal itu. Dia dibesar-besarkan media
sebagai seorang reformis muslim yang berusaha mencerahkan umat Islam. Tapi di
dalam bukunya, ia membantah prinsip-prinsip Islam sendiri dengan cara
mempromosikan lesbian, gay dan transgender, menghina jilbab, bahkan meragukan
kesempurnaan Al Quran.. Jika kita mengkritisi pribadinya yang lesbian
(dan tentu saja ia akan berjuang keras agar lesbian dihalalkan dalam Islam) dan
mengkritisi sikapnya yang meragukan Al Quran, di mana salahnya? Bukankah kita
memang selalu menilai siapa yang berbicara, bukan hanya apa yang ia ucapkan?
Bagaimana mungkin dia seorang muslim, jika ia meragukan Al Quran? Itu kan
sama saja dgn ia mengaku lesbian, sambil menyatakan lagi jatuh cinta
dgn Rhoma Irama.. Lha kenapa jika kami meragukan keislamannya,
tiba-tiba muncul teriak-teriak histeris “Ad hominem! Ad hominem!?”
Nah, kata bijak
terakhir ini, mungkin adalah yang paling masuk akal, dan paling sulit dibantah.
Tapi mungkin juga, inilah kata-kata bijak yang paling koplak..
“Di
masyarakat yang plural ini, janganlah ada pemaksaan kehendak. Biarlah setiap
orang melakukan pilihannya sendiri, tanpa paksaan. Sesuatu yang dipaksa itu
pasti tidak baik. Nilai yang dianut setiap orang berbeda, jadi jangan paksakan
nilai yang kamu anut terhadap orang lain.. Jangan jadi tirani mayoritas..”
Sulit membantahnya
kan?
Pertama-tama, saya
tanya dulu: apakah sebagian besar dari kita memang dengan sukarela masuk kerja
jam 8 dan pulang jam 5 atau bahkan lembur? Apakah memang kita yang
memohon-mohon agar jatah cuti kita setahun cukup dua minggu? Apa anda memang
luar biasa ikhlas dengan jumlah gaji anda sekarang? Jika tidak, kenapa anda
tidak coba mengatakan kepada atasan anda sekarang:”Maaf pak, sebenarnya saya
menganut paham bahwa kerja itu hanya 3 jam sehari, cuti 6 bulan dalam
setahun, dengan gaji minimal 30 juta. Jadi, jangan paksakan kehendak bapak..”
Apa anda dulu saat
remaja belajar dengan sukarela, ikhlas bin legowo?
Semua hukum dan
undang-undang, apalagi dalam alam demokrasi, pada prinsipnya, adalah pemaksaan
kehendak, dari sebagian besar masyarakat yang sepakat, kepada masyarakat
lainnya yang tidak sepakat. Memangnya semua orang setuju dengan UU tentang
Narkotika? Atau UU tentang Korupsi? Atau bahkan UU Pajak? Apa anda kira semua
wajib pajak memang sudah gatal setengah mati ingin membayar pajak sebesar itu?
Lha kenapa kaum liberal ga pernah menjerit-jerit di jalanan: “Jangan paksakan
kehendak! Biarkan mereka bayar pajak seikhlasnya..”
Jadi kenapa, saat ada
penduduk di suatu daerah setuju untuk memberlakukan perda anti prostitusi,
perjudian dan miras, dengan hukuman cambuk bagi pelakunya, kaum liberal
tiba-tiba lantang berteriak “Itu melanggar HAM!”. Anda kira memenjarakan orang
itu tidak melanggar HAM nya untuk hidup bebas merdeka? Dan kenapa, ketika RUU
Anti Pornografi dan Pornoaksi berusaha disahkan, tiba-tiba saja prinsip
demokrasi berdasar suara terbanyak dianggap sebagai tirani mayoritas? Jika
memang begitu, ga ada salahnya dong jika para pecandu narkoba dan miras
ramai-ramai naik xenia untuk demo di jalanan dan berteriak “Jangan jadi tirani
mayoritas! Kalian sudah melanggar HAM kami untuk ajeb-ajeb sampai pagi..”.
Jika saja setiap
undang-undang harus disepakati semua orang dulu baru bisa disahkan, maka kita
tidak akan pernah punya undang-undang satu pun. Yang tidak boleh, adalah
memaksa dengan kekerasan. Jika sudah banyak yang setuju, dan memang UU itu demi
kebaikan bersama (sama seperti kita dipaksa belajar saat remaja), di mana
salahnya?
Penutup
Jujur, saya tidak
membenci orang-orang liberal. Beberapa teman-teman dekat saya adalah orang
liberal. Dan saya tahu, beberapa dari mereka, memang yakin bahwa yang mereka
perjuangkan adalah demi kebaikan bangsa.. Tapi, banyak juga di antara
mereka yang hanya ingin menciptakan lingkungan yang tepat, untuk melampiaskan
nafsu mereka..
Tapi, saya koq sama
sekali tidak sreg melihat arah menuju kebebasan yang mulai sangat kebablasan
ini. Lihat generasi muda kita. Terus terang, jika melihat gang motor melintas
yang membuat saya ngeri, video porno remaja yang terbit seminggu sekali, anak-anak
SD di warnet yang saling memaki sambil mendownload lagu “selinting ganja di
tangaaan…”, remaja yang membentak ibunya, siswa SMP menjual diri demi beli
handphone, dan penjual narkoba yang jauh lebih banyak daripada indomaret, saya
kadang-kadang pingin kemas-kemas dan pesan tiket ojek sekali jalan ke Timbuktu.
Bukan ini lingkungan yang saya bayangkan bagi saya dan anak-anak saya
kelak.. Dan saya bisa bayangkan masa depan negara kita jika para remaja
yang seperti ini yang menjadi para pemimpin kita kelak..
Lantas apa yang bisa
kita lakukan? Mengharapkan media mainstream untuk mendidik remaja kita, sama
saja seperti mengharapkan Lady Gaga mengisi kuliah subuh. Mereka lah yang
menolak paling keras dan berjuang menggiring opini masyarakat setiap kali kita
ingin negara mengendalikan mereka. Kadang-kadang, saya merasa, mereka lah yang
menjadi lembaga superbody. Dan ingatlah: para wartawan media, adalah karyawan,
yang tunduk pada kehendak majikan mereka.
Jurnalisme warga
seperti kompasiana, forum-forum seperti kaskus, blog-blog, dan media-media
online lainnya, mungkin itulah satu-satunya harapan kita di masa depan.
Sulit melawan media mainstream? Jelas, jika dilakukan sendirian. Tapi, saya
yakin, banyak orang-orang yang memiliki nurani di luar sana yang, saya harap,
bersedia menyeimbangkan dan memulihkan cuci otak masyarakat dari pengaruh yang
telah media massa berikan. Ingatlah, revolusi raksasa yang merubah bangsa
Arab sudah membuktikan, bahwa kekuatan jurnalisme warga yang bersatu bahkan
mampu menumbangkan para pemimpin yang didukung salah satu negara terkuat di
dunia. Demi hidup kita, dan hidup anak-anak kita, apa itu bukan sesuatu yang
pantas diperjuangkan?
“Orang-orang
yang mencari kebenaran itu, seperti air.. Jika dihadang, ia berbelok.
Dibendung, ia akan merembes. Bahkan jika dibendung dengan menggunakan beton
dalam bendungan raksasa, ia akan menguap.. Ia tidak akan pernah lelah mencari
jalannya…”
Oleh : Dian Jatikusuma
Red : Catalist Fist
Subscribe to:
Posts (Atom)