Sebuah band sekitar tahun 80-an sedang unjuk kebolehan di atas panggung di Bandung. Satu nomor dari Queen, “Don‘t Stop Me Now” mengalun dengan mulus ditingkah dengan lengkingan gitar seorang bocah yang masih kelas lima SD. Ya, bocah yang masih SD itu pemain gitar dalam grup band yang sedang manggung itu. Dan waktu itu siapa yang akan tahu dan akan mengira kalo si bocah itu nantinya akan menjadi pemain bass grup papan atas di Indonesia. Ya! Bocah itu adalah Thomas Ramdhan yang kini kita kenal sebagai salah satu tulang punggung kelompok musik GIGI.
Thomas memang berasal dari lingkungan keluarga musik. Di tubuhnya
mengalir darah seni dari ayahnya yang pemain biola kala itu. Dan dia
banyak belajar — secara langsung maupun tak langsung — dasar-dasar
bermain musik dari ayah tirinya yang kebetulan juga pemain bass. Thomas
kecil yang waktu itu bercita-cita jadi arsitek sering ikut ayahnya saat
band ayahnya manggung. Di dekat panggung dia dengan tekun memperhatikan
band ayahnya yang sedang in action.
Nama asli / lengkap : | Thomas Ramdhan |
Tempat / tgl lahir : | Bandung, 5 Maret 1967 |
Motto hidup : | " MENIKMATI DAN MENSYUKURI APA YANG ADA " |
Bassist favorit : | Yance Manusama,Jimmy Suhendra, Yuke Sumeru, Erwin Gutawa, Billy Sheehan |
Jenis music favorit : | Rock |
Group : | GIGI (1994 - Sekarang) |
Walhasil Thomas kecil pun kelas lima SD sudah mulai nge-band. Tapi
uniknya dia bukannya jadi pemain bass seperti ayahnya yang hampir tiap
manggung dia tongkrongin itu — seperti juga ‘jabatan’-nya saat malang
melintang di blantika musik Indonesia setelah dia dewasa — melainkan
sebagai pemain gitar. Dan kegiatannya sebagai gitaris itu pun memenuhi
hari-harinya semasa SMP hingga SMU. Waktu itu bandnya bernama Crazy Boy.
Hingga suatu saat (waktu Thomas kelas dua SMU) pemain bass Crazy Boy
ceritanya lagi mempunyai ‘kesibukan’ yang cukup banyak menyita waktu,
sampai-sampai mengganggu stabilitas Crazy Boy. “Dia waktu itu lagi
‘sibuk’ pacaran sampai gak sempat ngulik lagu-lagu yang harus dimainkan
Crazy Boy”, ungkap Thomas. Kebetulan Thomas cukup rajin sekali dalam
ngulik lagu. Meski dia pemain gitar, dia ngulik juga permainan bass yang
ada di lagu-lagu yang dibawakan Crazy Boy. Akhirnya teman-teman
band-nya mendaulat Thomas untuk menduduki posisi pemain bass yang
‘sibuk’ pacaran tadi itu. Sejak saat itulah Thomas konsisten hingga
sekarang dengan ‘jabatan’nya sebagai pemain bass. Saat kelas dua SMU itu
pula debut Thomas sebagai pemain band profesional (dalam artian sudah
menerima kompensasi untuk keahliannya bermain). Debut itu dimulai saat
dia memperkuat formasi Primas Band, sebuah band pengiring yang sering
mengiringi artis-artis Jakarta kalau sedang show di Bandung.
Selepas SMU penggemar warna hitam dan putih itu mulai merambah dunia
entertainment reguler/rutin di pub-pub atau kafé-kafé yang ada di
Bandung. Hal itu bermula dari sekadar ikut temannya yang pemain band
reguler di sebuah kafé. Cukup sering dia ikut nongkrongin temannya
bermain bersama grupnya. Pemain bass grup tersebut kebetulan sering
datang terlambat, maka siapa lagi kalau bukan Thomas — yang memang
sering nongkrong di situ — untuk dimintai tolong sementara menggantikan
pemain bass yang terlambat tadi sampai si pemain datang. Kadang cuma
selagu dua lagu, tak jarang sampai satu session (satu sampai satu
setengah jam) Thomas berperan sebagai pemain pengganti.
Sampai akhirnya pada suatu saat Thomas pun resmi menekuni bidang
entertain rutin tersebut sebagai bassist. Dan nggak tanggung-tanggung,
dalam kurun yang sama dia merangkap sebagai bassist dari dua band
entertain. Yang satu adalah Gunsmoke Band, yang khusus membawakan
lagu-lagu rock di kafé, satunya lagi adalah Headline Band yang
melantunkan lagu-lagu top 40. Di periode yang bersamaan pula Thomas juga
membentuk band Exist antara lain bersama Baron. Band ini nggak main di
kafé-kafé, band inilah yang menjadi ajang kreativitas dan ekspresinya
Thomas dan kawan-kawan. “Kalau di Gunsmoke dan Headline untuk cari duit,
nah di Exist inilah duit itu dihabiskan”, tutur Thomas sambil tertawa.
Karena memang Exist bisa dikatakan band yang cukup idealis dan masih
bersifat amatir. Memainkan lagu-lagu yang sebagian besar karya sendiri
di kampus-kampus dan belum bisa dibilang menghasilkan income. Nah, untuk
membiayai kegiatan Exist ini Thomas ‘kerja’ di Gunsmoke dan Headline.
Dari hasil kerja itu juga Thomas memiliki gitar bass pertamanya Yamaha
B-Motion warna hitam, yang sekarang sudah nggak dia pegang lagi. “Kalau
ada yang tahu di mana ‘mantan’ bass gua itu, gua beli lagi deh. Itu bass
bersejarah buat gua”, ujar pengagum Billy Sheehan itu.
Hijrah ke Jakarta
Waktu Jeniffer Beaton (Gitaris Michael Jackson) mengadakan workshop
dan promo album solonya di Bandung, Thomas ketemu sama anak-anak Slank
(saat itu Pay cs) juga Anang dan Ronald. Hari itu kebetulan adalah
jadwal Thomas harus main dengan salah satu band regulernya, jadi dia
nggak bisa ngikuti acara sampai selesai. Saat pamit sama teman-teman
musisi dari Jakarta tadi, Thomas sempat mengundang mereka datang ke kafe
tempat dia main.
Dan memang setelah acara Jeniffer Beaton selesai Pay dan
kawan-kawannya bertandang ke kafe tempat Thomas dan bannya sedang
menjalankan tugas. Malah mereka sempat ber-jam session segala. Usai itu,
“Mas, elo ngapain ngendon di Bandung aja. Potensi elo ada, ke Jakarta
dong! Karier lo akan lebih berkembang di sana”, kata Pay ke Thomas,
“Udahlah bikin grup aja di sana. Ini ada Ronald dan yang lainnya”. Usul Pay tadi bener-bener dipikirkan sama Thomas. Dan bulatlah tekadnya, tahun 1991 Thomas hijrah ke Jakarta.
Di Jakarta Thomas lebih sering jalan sama Ronald, Alm. Andi Liani,
Anang, dan tentunya Pay. Dan memang setelah Thomas hijrah ke Jakarta
lebih banyak mendapat kesempatan untuk mengembangkan kariernya. Banyak
sudah dentuman bassnya, aransemennya, ciptaannya yang ikut menghiasi
album rekaman artis-artis di Jakarta.
Hasil karyanya yang perdana adalah “Kembalilah Kasih” yang langsung
menjadi jago di album Anggun C. Sasmi. Selain itu untuk Anggun Thomas
juga sebagai player di album lainnya yaitu “Nocturno”. Di album pertama
dan kedua Almarhum Andi Liani Thomas juga ikut ambil bagian di sektor
cabik-mencabik bass, bahkan di album ketiga selain main bass dia juga
sebagai music director-nya. Sayang, album ketiga ini rupanya adalah
album terakhir Andi Liani yang tak terselesaikan dan tak sempat beredar
karena baru sempat mengisi vokal satu lagu, Tuhan telah memanggilnya.
Di album Atiek CB dengan judul “Terapung” Thomas juga berperan
sebagai arranger selain sebagai player dan lagu Terapung yang menjadi
judul album sekaligus keytrack-nya adalah hasil karyanya. Abum ini
sempat mendapat komentar dari Greenday, Allanis Morissette, Eddie dan
Alex Van Hallen. Komentar yang positif tentunya. Selain Terapung di
album ini Thomas juga bikin lagu bareng-bareng Indra Lesmana dan Oppie
Andaresta.Judul lagunya : “Aku”. Thomas dan Indra bikin lagunya, Oppie
bikin liriknya. Bikin lagu bareng Indra Lesmana adalah salah satu
pengalaman yang mengesankan bagi Thomas. Karena sewaktu masih di Bandung
dan belum ‘berkibar’ di Jakarta, dia sempat kagum dan ngefans antara
lain sama Indra Lesmana, Eet Sjahranie, Alm. Billy J. Budiardjo dan
Erwin Gutawa. Saat itu tak terbayangkan bahwa dia akan bisa bermain,
berkarya dan bekerja sama dengan mereka. Dan kini semua itu telah
menjadi kenyataan. Main bareng sama Eet saat ngisi album solonya Lilo
KLA. Alm. Billy sempat mengaransemen string section-nya untuk salah satu
karya Thomas di album Andi Liani. Dan saat GIGI mengadakan Konser Balas
Budi tahun lalu, aransemen string-nya ditangani oleh Erwin Gutawa.
Thomas juga mengaku banyak belajar dari Pay dalam meniti kariernya di
jalur musik seperti cara bikin lagu, dan sebagainya. Masih banyak
sederet panjang nama artis yang dalam albumnya Thomas ikut ambil bagian
seperti Anang (album kedua dan ketiga), Titi D.J, Trio Libels, Nicky
Astria, Oppie Andaresta, Paramitha Rusadi, Poppy Mercury, Dewi Gita,
Paquita Wijaya, Uci Wibi, Memes, Sophia Latjuba, KLA Project, Vinnie
Alvionita, Mayangsari dan masih banyak lagi. Yang paling menarik adalah
saat ikut ngerjain albumnya Mayangsari. Di sinilah salah satu awal dari
terbentuknya GIGI. Di proyek ini dia dan Ronald — yang waktu itu sering
jalan bareng dan kebetulan keduanya ikut ngisi di album Mayang tersebut —
ketemu Dewa Budjana
Satu lagi cerita menarik. Saat Slank sedang ngerjain albumnya di
studio Jackson, Thomas juga lagi nongkrong di sana. Waktu itu Slank
sudah nggak ada Bongky, pemain bassnya. Maka Thomas diminta anak-anak
Slank untuk mengisi bassnya. Setelah coba mengisi, ternyata permainan
bass Thomas dianggap terlalu rumit buat anak-anak Slank. Sementara itu
bagi Thomas ya begitu itulah permainannya dia. Akhirnya ya nggak jadilah
Thomas ikut ambil bagian di album Slank tersebut.
Bass Lima Senar
Bila kita simak, kalo Thomas sedang in action sama GIGI — khususnya
masalah gitar bassnya — mungkin sepintas kita nggak akan tahu bahwa
tuning (seteman) senar bassnya nggak lazim seperti gitar bass pada
umumnya. Standarnya tuning gitar bass adalah : senar nomor 1 – G, nomor 2
– D, nomor 3 – A dan nomor 4 – E. Versinya Thomas adalah senar nomor
satu dan dua sama seperti bass pada umumnya (G dan D) tapi nomor tiga
dan empatnya bukan A dan E, melainkan sama juga dengan nomor satu dan
dua yaitu G dan D dengan oktaf yang lebih rendah. “Gua nemu tuning kayak
gitu itu saat nggarap album Baik (Album GIGI ke enam, red.)” Thomas
mulai penjelasannya, “Ada beberapa lagu yang gua butuh nada rendah.
Sebetulnya bisa pake bass lima senar sih, tapi gua nggak punya selain
itu rasanya ribet banget pake lima senar. Buat gua rasanya rada maksa
gitu. Orang jari kita pendek-pendek. Terus gua coba-coba beberapa
eksprimen,” lanjut Thomas,”Ternyata tuning G-D-G-D paling efisien,
jari-jari gua bisa lebih leluasa merambah not-not yang gua inginkan”,
begitu jelas Thomas. Dan pada awalnya setiap konser setelah album Baik
itu Thomas selalu membawa dua bass yang berbeda tuning-nya. Satu dengan
tuning versi Thomas untuk membawakan lagu-lagu dari album Baik, satunya
lagi dengan tuning standar untuk memainkan lagu-lagu selain album Baik.
Tapi belakangan ini Thomas naik panggung dengan hanya membawa satu gitar
bass dengan tuning G-D-G-D. Jadi semua lagu GIGI — meskipun bukan dari
album Baik — kini dimainkan Thomas dengan tuning bass versinya sendiri.
“Kayaknya gua udah nemuin style gua main dengan tuning bass seperti
itu”, ungkapnya. Mau coba main dengan tuning bass ala Thomas? (dieth)
No comments:
Post a Comment